EFEK RADIASI PENGION TERHADAP JARINGAN TUBUH
Tubuh terdiri
dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ
tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi
dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat
menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan,
pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu
sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel
yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel.
Inti sel
mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang
mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika
yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom
manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode
informasi tertentu dan spesifik.
Interaksi
antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung secara
bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap
biologik. Ada empat tahapan interaksi, yaitu :
1. Tahap Fisik
Tahap
Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya
eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini
berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel sebagian besar
(70%) tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah
terurainya molekul air menjadi ion positif H2O+ dan e-
sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis dengan :
H2O + radiasi pengion —> H2O+
+ e-
2. Tahap Fisikokimia
Tahap
fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
mengalami reaksi-reaksi sehingga terbentuk radikal bebas yang tidak stabil.
Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh
manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil
akhir dalam tahap fisikokimia ini. Efek langsung radiasi pada molekul atau atom
penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi akibat
biologi akhir dibandingkan dengan efek tak langsungnya melalui media air
tersebut. Ion-ion yang terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi
dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa macam produk ,
diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis
air, yaitu OH- dan H+. Reaksi kimia yang terjadi dalam
tahap kedua interaksi ini adalah:
H2O+ —-> H+ + OH-
H2O + e –> H2O-
H2O- –> OH- + H+
Radikal bebas OH- dapat membentuk peroksida (H2O2
) yang bersifat
oksidator kuat melalui reaksi berikut :
OH- + OH + —> H2O2
3. Tahap Kimia Dan Biologi
Tahap
kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai dengan
terjadinya reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel
serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap molekul-molekul dalam sel. Jenis kerusakannya
bergantung pada jenis molekul yang bereaksi. Jika reaksi itu terjadi dengan
molekul protein, ikatan rantai panjang molekul akan putus sehingga protein
rusak. Molekul yang putus ini menjadi terbuka dan dapat melakukan reaksi
lainnya. Radikal bebas dan peroksida juga dapat merusak struktur biokimia
molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu. Kromosom dan molekul DNA di
dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida sehingga
terjadi mutasi genetik.
4. Tahap Biologis
Tahap
biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi
bergantung pada molekul penting mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan
peroksida yang terjadi pada tahap ketiga. Proses ini berlangsung dalam orde
beberapa puluh menit hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat
kerusakan sel yang terjadi. Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel,
seperti kematian sel secara langsung, pembelahan sel terhambat atau tertunda
serta terjadinya perubahan permanen pada sel anak setelah sel induknya
membelah. Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan,
organ dan dapat pula menyebabkan kematian.
Dilihat
dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat
dibedakan atas :
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel
dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan
jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
- Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
- Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
- Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
- Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
2. Berdasarkan dosis radiasi
Bila
ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic
(non-stokastik).
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi dan
diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat
paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan
pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian
radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel, sel yang
mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos
dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik
yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan
baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan,
semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya
tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami
perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan
diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu
yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat
toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka
dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :
- Tidak mengenal dosis ambang
- Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
- Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
- Tidak ada penyembuhan spontan
- Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan (efek genetik).
Efek Deterministik
(non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis
dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi
pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang
diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul
beberapa saat setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik
akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang
bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati
dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Adapun
ciri-ciri efek non-stokastik a.l :
- Mempunyai dosis ambang
- Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
- Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
- Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
- Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan :
*Efek Genetik merupakan efek stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat
berupa stokastik maupun deterministik (non-stokastik)Sumber :
http://blogbabeh.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar